BAB I
PENDAHULUAN
Masalah
Penelitian Dan Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa transisi dari periode
anak ke dewasa. Apabila kita perhatikan
dan kita ikuti perumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapati bahwa
anak itu tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur. Demikian
pula halnya dengan pertumbuhan dan perkembangan juga berkembang seiring dengan
bertambahnya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari
pendidikan keluarga, sekolah, maupun dari masyarakat dimana ia tinggal (Wawan,
2010).
Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. (Widyastuti, 2009). Pada masa remaja terdapat perubahan bukan hanya
dalam arti perubahan psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan tersebut
merupakan hal utama dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis
muncul sebagai akibat dari perubahan fisik itu.
Perubahan fisik yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai
dengan haid pada wanita) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono,
2003). Masa remaja dan menstruasi yang
terjadi pada seorang remaja putri mempunyai kaitan yang erat. Bila seorang anak
perempuan telah mengalami menstruasi yang pertama (menarche), maka dapat
dikatakan bahwa anak perempuan tersebut telah memasuki remaja.
Terjadinya haid pertama (menarche)
pada remaja putri usia 9-13 tahun, ada juga yang lebih dan berbagai
penelitian menunjukkan bahwa munculnya masa pubertas dipengaruhi oleh status gizi dan kegiatan fisik. Hampir
setiap remaja wanita yang mengalami haid pertama (menarche) akan
mempunyai perasaan negative diantaranya takut, marah, bingung, merasa
direpotkan (Vidiawati, 2003). Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses
menstruasi dan kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelumnya ia belum
pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau dengan ibu
mereka. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu
mendapatkan perhatian khusus, karena
hal ini menandai awal kedewasaan
biologis seorang wanita (Ezra, 2003).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan
mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama
merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak
perempuan (Addy, 2009). Di Amerika Serikat tahun 2003 prevalensi yang diperoleh dari penelitian
mengenai masalah remaja dalam menghadapi
pubertas, didapatkan 5-50% yang mengalami kecemasan (Ghozally, 2007)
Menarche bagi remaja putri adalah tanda remaja
putri memasuki masa
pubertas yang ditandai dengan banyak muncul perubahan secara
fisiologis
yang meliputi perubahan fisik dan mental. Perubahan-perubahan tersebut
dapat memicu timbulnya kecemasan, namun tingkat kecemasan
yang timbul
pada remaja putri yang mengalami menarche berbeda-beda setiap
individu
tergantung dari informasi yang diperoleh dan kemampuan
adaptasinya. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagiada tahun 2007, di
SLTP Negeri 4
Jember dengan sempel sebanyak 20 orang didapatkan hasil siswi
yang
mengalami menarche sebanyak 7 orang (35%) tidak mengalami
kecemasan, 9
orang (45%) mengalami kecemasan ringan, 4 orang (20%)
mengalami kecemasan sedang (Bagiada,
2003)
Hall seorang
Ahli psikologi remaja mengemukakan bahwa pada masa pubertas ini anak dan remaja
akan mengalami beragam hal dalam
kehidupan emosi dan perasaan disebut sebagai ketakutan dan ketegangan.
Sehingga, jika melihat usia pubertas ini
menjadikan remaja menjadi mudah marah dan mudah tersinggung saat mengalami
menarche.
Idealnya seorang remaja putri belajar
tentang menstruasi dari ibunya, namun tidak selamanya ibu dapat memberikan
informasi tentang menstruasi karena terhalang oleh tradisi yang menganggap tabu
membicarakan menstruasi sebelum menarche (Mayasari, 2005). Pengetahuan pada hakekatnya yang dituntut atau
ingin dicapai tujuannya adalah mencapai kebenaran. Dengan mengetahui yang benar kita dapat
mengetahui yang salah tanpa terlebih dahulu mengetahui yang benar (Arikunto,
2009). Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas,
maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN dan SIKAP DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD ADVENT DI MINAHASA
UTARA”.
Pernyataan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka pernyataan masalah
yang dapat diambil adalah:
1.
Sampai sejauh manakah pengetahuan siswi SD Advent di
Minahasa Utara dalam menghadapi menarche?
2.
Sampai sejauh manakah sikap siswi SD Advent di Minahasa Utara dalam
menghadapi menarche?
3. Apakah
ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan sisiwi SD SD
Advent di Minahasa Utara dalam menghadapi menarche?
4.
Apakah ada pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan sikap
sisiwi SD SD Advent di Minahasa Utara dalam menghadapi menarche?
Tujuan Penelitian
Setelah meninjau latar belakang
masalah serta pernyataan masalah, maka disusun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswi SD Advent di Minahasa Utara dalam
menghadapi menarche.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswi SD
Advent di Minahasa Utara dalam menghadapi menarche.
3.Untuk mengidentifikasi adanya pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan pengetahuan siswi SD Advent di Minahasa Utara dalam
menghadapi menarche.
4.Untuk mengidentifikasi adanya pengaruh pendidikan kesehatan dengan sikap siswi SD Advent di
Minahasa Utara dalam menghadapi menarche.
Kegunaan
Penelitian
Kegunaan
penelitian dibagi dalam empat bagian yaitu:
Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi tambahan informasi guna pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bidang keperawatan kesehatan anak, khususnya yang berhubungan dengan
penanganan menarche dan kesehatan sistem reproduksi.
Bagi Siswi
Meningkatkan kesadaran
bagi para siswi remaja khususnya sebagai pelajar akan pentingnya pendidikan
kesehatan mengenai menarche serta memotivasi para siswi remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
mereka dalam menghadapi
menarche, sehingga dapat berperan aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Bagi Institusi Peneliti
Memberi dan menambah
informasi mengenai hasil penelitian, menjadi bahan bacaan pada perpustakaan Universitas Klabat khususnya Fakultas Ilmu
Keperawatan, serta menjadi bahan
referensi skripsi bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan angkatan
berikutnya. Sebagai bahan masukan bagi peneliti
selanjutnya, agar dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan dalam penelitian dengan variabel yang berbeda.
Bagi Peneliti
Mengetahui dan mendapatkan pengalaman
yang nyata dalam melakukan penelitian di bidang keperawatan anak remaja khususnya yang berhubungan sistem reproduksi,
serta menambah
pengetahuan tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
sikap siswi remaja dalam menghadapi menarche.
Cakupan dan Batasan-Batasan dalam Penelitian
Cakupan pada penelitian ini adalah siswi remaja yang berusia 9-12 tahun yang belum mendapat
haid yang bersekolah di SD Advent di Minahasa Utara pada periode Januari sampai April 2011 dan
bersedia menjadi responden peneliti.
Batasan
dalam penelitian ini adalah para siswi
yang berusia < 9 tahun dan > 12 tahun, yang bersekolah di SD Advent di
Minahasa Utara, serta yang sudah mendapat haid.
Definisi
Istilah-Istilah yang Digunakan dalam Penelitian
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahakan untuk mengubah kebiasaan manusia, sehingga mencapai keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah
berbagai informasi mengenai menarche yang diketahui oleh siswi remaja.
Sikap
Sikap
adalah merupakan reaksi atau respon siswi remaja terhadap terjadinya menarche
yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran pribadi.
Menarche
Menarche
adalah haid yang pertama kali terjadi dialami siswi remaja, yang menunjukan
seorang wanita mulai dewasa secara sehat dan tidak hamil.
Siswi SD Advent di Minahasa Utara
Siswi
SD Advent di Minahasa Utara adalah pelajar-pelajar yang terdiri wanita yang
bersekolah di SD Advent Minahasa Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi teori dan
konsep yang berhubungan dengan tema/masalah penelitian, sintesa berdasarkan
teori-teori dan konsep-konsep yang telah diuraikan, kerangka konseptual, dan
pernyataan hipotesis.
Pendidikan
Kesehatan
Pendidikan
bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai
peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu
(Sarwono, 2004).
Menurut Green
& Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan
informasi kesehatan dengan praktek kesehatan dan cara penyampaian informasi
dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan melibatkan ilmu lain
termasuk psikologi sosial yang diperlukan ketika melakukan promosi.
Menurut Notoatmodjo (2004), kegiatan
belajar terdapat tiga persoalan pokok yang saling berkaitan yaitu:
1.
Persoalan masukan (input) yang menyangkut sasaran
belajar itu sendiri dengan latar
belakangnya.
2.
Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi
terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar, dalam proses ini
terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara lain subjek
belajar, pengajar, metode dan teknik belajar, alat bantu belajar dan materi
yang dipelajari.
3.
Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar. Sebagai indikator yang dapat diperoleh dalam
mencapai keberhasilan suatu proses pendidikan kesehatan adalah adanya
peningkatan pengetahuan dan sikap individu yang diaplikasikan dalam perilaku.
Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO
(1954) yang diktuip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan pendidikan kesehatan adalah
meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan
derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama
sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan
adalah mengubah perilaku individu dan masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini
dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu
yang bernilai dimasyarakat, menolong
individu agar
mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan
hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001).
Menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan
merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok
dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses
belajar. Perubahan tersebut mencakup
antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan
kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan,
tindakan nyata dari individu, kelompok, dan masyarakat.
Pengetahuan
Menurut Veronica, J. (2009) pengetahuan adalah apa yang diketahui atau
hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti dan pandai, dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.
North American Nursing Deiagnoses
Association (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan kurang
pengetahuan terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/hafalan,
salah menafsirkan informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar
dan tidak familiar terhadap sumber informasi.
Menurut
Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan,
yaitu :
1.
Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan
tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya,
menguraikan, dan mendefenisikan.
2.
Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek
yang dipelajari.
3.
Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dalam konteks atau situasi lain.
4.
Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis, yaitu menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi
dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6.
Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Pengetahuan pada hakekatnya yang
dituntut atau ingin dicapai tujuannya adalah mencapai kebenaran. Dengan
mengetahui yang benar kita dapat mengetahui yang salah tanpa terlebih dahulu
mengetahui yang benar (Addy, 2009).
Sumber informasi juga mempengaruhi
pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Media cetak
sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, adapun jenis-jenis sumber informasi tersebut yaitu:
1. Didapat secara langsung seperti: Keluarga atau
orang tua, tenga kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat), dan Teman.
2. Didapat secara tidak langsung:
1. Media Cetak
- Booklet adalah
suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
- Leoplet adalah bentuk penyampaian
pesan-pesan atau Flyer
(selebaran)
adalah seperti leoplet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
- Flipchart (lembar timbal balik)
adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar
timbal balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar
peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang
berkaitan dengan gambar tersebut.
- Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar
atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan. - Poster adalah bentuk
media cetak berisi
2.
Media elektronik
Media elektronik sebagai
sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan yang jenisnya
berbeda-beda, antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip.
3. Media
Papan
Papan (billlobard) yang dipasangkan ditempat umum yang berisikan
pesan-pesan atau informasi kesehatan.
Faktor yang Mempengaruhi
Terbentuknya Pengetahuan
Menurut Bruno (2004) faktor
yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan terdiri dari:
1. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta
berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi.
2. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar
selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah
nyata dalam bidang keperawatan. Semakin
tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya. Tidak dapat mengajarkan
kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran fisik dan mental.
3. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga
pengetahuannya pun rendah.
4. Orang yang memiliki sumber informasi yang
lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber
informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa.
Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa
sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, dan
penyuluhan.
Dalam
hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik
sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki
oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya (Slamet, 2002).
Pengetahuan Mengenai Menarche pada Remaja Putri
Menarche
merupakan tanda seorang remaja putri sudah mengalami pubertas. Kesiapan remaja
putri untuk menerima menarche tergantung beberapa hal, salah satunya
dipengaruhi oleh faktor perilaku orang tua sebagian besar ibu tidak mengajari
anak perempuan mereka tentang menstruasi, seperti usia mendapatkan menstruasi,
lama menstruasi, dan pemeliharaan kesehatan selama menstruasi. pengetahuan yang
harus dimiliki oleh remaja putri yaitu mendapatkan menstruasi pertama, lamanya
menstruasi dan pemeliharaan kesehatan selama menstruasi. Selama menstruasi perawatan tubuh sangat penting, seperti memperhatikan
kebersihan diri.
Kebutuhan pembalut perlu diganti 4 sampai 5 kali sehari untuk
menghindari
pertumbuhan bakteri dan menghindari masuknya bakteri tersebut
ke dalam vagina (Darvll & Powell, 2003).
Sikap
Menurut Bruno
(1987) yang dikutip oleh Syah M (2004) sikap (attitude) adalah kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang
atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita
anggap suatu kecendrungan siswa atau seseorang untuk bertindak dengan cara
tertentu. Dalam hal
ini, perwujudan perilaku belajar siswa dan perilaku seseorang akan ditandai
denga munculnya kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas)
terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO (World Health
Organization) adalah :
1.
Sikap akan ikut atau diikuti oleh tindakan yang mengacu pada
pengalaman orang lain.
2.
Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan
pada banyak atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.
3.
Sikap suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap
sebagai sebuah
kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara
tertentu dalam situasi sosial.
Sikap merujuk pada evaluasi individu
terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut
memunculkan rasa suka atau tidak suka individu
terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004).
Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya
suatu tindakan. Fenomena sikap adalah
mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan
ikut menetukan kecendrungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang
kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri, pandangan dan perasaan kita
terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan
kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai 3 komponen
pokok yaitu:
1.
Kepercayaan (keyakinan), ide konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini
secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap,
pengetahuan berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting. Sikap
ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1.
Menerima
Bila orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek.
2.
Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
3.
Menghargai
Mengajak orang
lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah.
4.
Bertanggung jawab
Tanggung jawab
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan
sikap yang paling tinggi.
Suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau
pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2009).
Menurut Mappiare
dalam Ardhiana (2009), sikap positif remaja dalam
menghadapi perubahan fisik ditunjukkan dengan
menjadi bangga atau
toleran dengan tubuhnya sendiri, mempergunakan dan
melindungi tubuh
sendiri secara efektif disertai dengan rasa
kepuasan personal, percaya diri.
Reaksi positif terhadap menarche dapat
dirasakan remaja putri lainnya
sebagai
indeks kedewasaan. Reaksi ini mengindikasikan bahwa remaja putri
tersebut
telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat
mereka menjadi wanita yang lebih dewasa.Remaja putri yang
tidak memiliki persiapan sebelumnya terhadap menstruasi pertama cenderung
memperlihatkan sikap negatif dibandingkan yang sudah mempersiapkan terlebih
dahulu. Aspek negatif dari menstruasi pertama yang paling sering dilaporkan oleh
remaja putri adalah kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan
keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional (Santrock, 2003).
Terdapat banyak alasan
mengapa remaja putri tidak dipersiapkan untuk menghadapi menstruasi pertama.
Salah satunya, orang tua yang kurang memiliki pengetahuan atau terhambat oleh
rasa malu terhadap anak dan sopan santun. Sebagai orang tua seharusnya
memberitahu anak perempuannya bahwa perdarahan selama menstruasi adalah proses
normal yang dialami oleh semua anak perempuan dan membantu anaknya agar tidak
terlalu cemas dalam menghadapi menstruasi pertama tersebut. Apabila remaja putri dipersiapkan sebelum menstruasi
pertama, mereka akan mengembangkan tingkah laku positif untuk menghadapi
perubahan fisik dan psikologis (Answar, 2009).
Remaja
Remaja dalam bahasa Inggris disebut “adolescence”
berasal dari bahasa latin yaitu “adolescere” yang berarti tumbuh ke
arah kematangan (Ali, 2009). Kematangan
itu bukan hanya kematangan fisik namun juga kematangan sosial dan psikologis.
Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak
semua menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Perubahan
yang terjadi dengan cepat pada tinggi dan berat badan dikenal dengan istilah adolescence
growth spurt. Sering kali kondisi ini sulit dilewati dengan nyaman karena
adanya perubahan yang bersifat fisik. Perubahan fisik yang terjadi berhungan
langsung dengan kepribadian, seksual dan peran sosial remaja dalam masyarakat (Pratiwi, 2005).
Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan
usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses
reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Batasan usia remaja
menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai
19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti,
2009).
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 Tahun,
adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut Masa Pubertas (Widyastuti, 2009).
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan
organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan
perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja
yang mengalaminya, oleh sebab itu perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan
dukungan dari lingkungan disekitarnya agar dalam sistem perubahan tersebut
terjadi pertumbuhan yang sehat sedemikian rupa sehingga saat remaja tersebut
menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial.
Terjadinya
kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem
reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga
diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang
tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab
(Yani, 2009).
Menurut
psikiater Dadang Hawari, masa remaja merupakan tahapan siklus kehidupan manusia
mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,
dewasa muda, dewasa tua, dan lanjut usia. Setiap tahapan dalam siklus
kehidupan manusia itu akan mengalami perubahan-perubahan, baik secara biologik,
psikologik, sosial dan spiritual. (Ezra, 2003). Siklus, menstruasi normal terjadi
sekali sebulan atau rata-rata 28 hari. Jumlah rata-rata darah yang keluar
sekitar 30 ml. Pembalut biasanya digunakan diluar tubuh yaitu sekitar vagina. (Darvill & Powell,2003)
Menurut
Sarwono (2006), urutan perubahan-perubahan fisik sebagai
berikut :
1.
Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang). Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal
ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah
kulit.
2.
Pertumbuhan payudara, seiring pinggul membesar, maka payudara juga
membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula
dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi
lebih besar dan lebih bulat.
3.
Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan. Rambut
kemaluan yang tumbuh ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.
4. Mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya.
5. Bulu kemaluan menjadi
keriting.
6. Haid adalah perdarahan
secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
7. Tumbuh bulu-bulu ketiak,
tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa, menarik diri, pemalu
dan pemarah . Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada
remaja puteri, sebelum
menstruasi.
Menurut Widyastuti,
dkk, (2009) Berdasarkan sifat atau masa
(rentang waktu), remaja ada tiga tahap, yaitu:
1. Remaja awal
(10-12 tahun): a. Merasa lebih dekat dengan dengan teman sebaya. b). Merasa
ingin bebas. c). Merasa lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak).
2. Masa remaja
tengah (13-15 tahun): a). Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. b).
Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c). Timbul
perasaan cinta yang mendalam. d). Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin
berkembang. e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3.
Masa
remaja akhir (16-19 tahun): a).Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b).Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c). Memiliki citra (gambaran,
keadaan, peranan) terhadap dirinya. d). Dapat mewujudkan perasaan cinta. e)
Memiliki kemampuan berpikir berpikir khayal atau abstrak.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan
fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung
pesat. Kalau perubahan fisik menurun
maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga.
Menarche
Menarche
merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita
yang menunjukkan adanya produksi hormon
yang normal dibuat oleh
hipotalamus dan kemudian diteruskan oleh
ovarium dan uterus. Selama dan
sekitar 2 Tahun hormon-hormon ini akan
merangsang pertumbuhan tanda-
tanda seks sekunder seperti pertumbuhan
payudara, perubahan-perubahan
kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut
ketiak dan rambut pubis serta
bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh menjadi
yang ideal. Ada sebagian kecil
anak perempuan mengalami menstruasi lebih
awal yang disebut Solated Premature menarche dan ada juga yang mengalami
menstruasi yang lewat
primary amenhorrhea. (Aulia, 2009).
Menarche
biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, rata-rata
lima setengah hari. Dalam satu
tahun setelah terjadinya menarche,
ketidakteraturan haid masih
sering dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya haid
adalah kejadian yang biasa dialami oleh para remaja putri,
namun demikian
hal ini dapat menimbulkan keresahan pada
diri remaja itu sendiri.
Sekitar dua tahun setelah menarche akan
terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak
harus terjadi setiap bulan tetapi dapat
terjadi setiap dua atau tiga bulan dan
secara berangsur siklusnya akan menjadi
lebih teratur. Dengan terjadinya
ovulasi, spasmodic dismenorrhoea dapat
timbul. (Ezra, 2003).
Menarche sebenarnya merupakan
puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang gadis sedang menginjak
dewasa. (Jones, 2005). Menstruasi anak gadis dapat berhenti atau tertunda jika
dia menjalani Diet yang ketat untuk mempertahankan berat badan idealnya atau
jika dia mengidap penyakit Anorexia nervosa (Tidak ada nafsu makan karena
tidak ingin gemuk). (Darvill, 2003).
Fisiologi Menarche
Munculnya haid pertama terjadi di tengah-tengah
masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang memegang peranan
penting dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipopisis dan
ovarium (Hipotalamic Pituitari-Ovarikratis). Hal ini merupakan hasil
kerjasama antara korteks serebri, Hipotalamus, Hipopisis, Varium, Glanduna
Supra Renalis dan Kelenjar-kelenjar Endokrin lainnya. (Addy , 2009)
Pada permulaan masa kanak-kanak sistem ini
sudah berjalan kemudian tidak berfungsi lagi disebabkan sistem proses itu
sangat peka, sehingga menghambat proses itu sendiri. Rendahnya Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) pada saat itu juga akibat unsur instrinsik penghambat
susunan saraf yang mempunyai mekanisme penekanan denyutan (GnRH). Saat sebelum masa pubertas, sekresi GnRH
secara pulstabil dengan frekuensi rendah telah dimulai 4 tahun sebelum
menarche, diikuti dengan kenaikan sekresi LH oleh Hipofisis pada malam hari.
Pada masa pubertas, sekresi GnRH yang berfrekuensi rendah pelan-pelan berubah
seperti wanita dewasa dengan sekresi yang berlangsung selama 24 jam, pola
sekresi FSH dan L juga mengikuti perubahan-perubahan sekresi pulstabil GnRH
ini (Addy, 2009)
Menurut Teori Neurohormonal yang dianut
sekarang, Hipotalamus mengawasi sekresi hormon Gonodotropin oleh Adeno
Hipofisis melalui sekresi hormon yang disalurkan ke sel-sel Adeno Hipofisis
lewat sirkulasi portal yang khusus yang dapat merangsang produksi dan pelepasan
Gonadotropin dari Hipofisis. Folikel-folikel yang berkembang selama sebelum
menghasilkan hormon estrogen dan kemudian mati, yang lainnya telah dirangsang
FSH sehingga folikel ini berkembang mensekresi estrogen. Semakin lama jumlah
folikel yang dirangsang semakin banyak sehingga kadar estrogen semakin tinggi. Hormon
estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri kelamin skunder,
pertumbuhan organ genetalia terjadinya perapatan pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologi kewanitaan. Pada masa pubertas organ-organ genetalia
lambat laun tumbuh mendekati bentuk dan sifat-sifat wanita dewasa. Estrogen
menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, dan bertambah akibat pertumbuhan
folikel akan menurun dan sebagian mengalami atresia sehingga estrogen yang
diproduksi folikel akan menurun pula. Dengan munculnya menstruasi pada
seorangremaja dapat menggambarkan
kemampuan untuk bereproduksi. (Addy, 2009).
Tanda-tanda Terjadinya Menarche
Menurut
Apriyani (2006) tanda ini dapat menyertai sebelum atau saat menarche antara
lain :
1. Perasaan malas bergerak, badan
menjadi lemas, serta mudah merasa lelah.
2. Nafsu
makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam.
3. Emosi menjadi labil, biasanya
kita mudah sensitif dan perasaan negatif
lainnya.
4. Mengalami kram perut
5. Kepala Nyeri
6. Pingsan
7. Berat badan bertambah, karena
tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak.
8. Pinggang terasa pegal
Menurut
Dickerson (2003), dikelompokkan ke dalam tiga symptoms. Tiga gejala tersebut
yaitu: behaviour symptoms, psychologic symptoms, dan physical
symptoms.
1. Behaviour
symptoms, mencakup
lelah, insomnia (susah tidur), makan berlebihan, dan perubahan gairah seksual.
2. Psychologic symptoms,
timbul gejala-gejala seperti mudah
tersinggung, mudah marah,depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah
konsentrasi, bingung, sulitistirahat, dan merasa kesepian.
3. Physical
symptoms, secara
fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak serta teraba keras,
nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada kaki dan tangan, mual,
nyeri otot dan persendian.
Menurut
WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh
Sarwono (2008), remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang
pada pertama kali ia menjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia
mencapai kematangan seksual. Individu
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. WHO (World Health Organization) menetapkan
batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai
batasan usia remaja.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Menarche
Status
gisi
Status
gizi remaja memainkan peran yang dominan dalam menentukan status pematangan
(Mounir GM, 2007). Menurut Soekirman (2000) status gizi merupakan keadaan kesehatan
akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup
manusia. Pertumbuhan remaja di negara
yang sedang berkembang membutuhkan perhatian khusus pada nutrien vitamin A,
seng atau protein selain kebutuhan energi yang adekuat. Pada anak remaja putri mulai terjadi menarche
(awal menstruasi) yang berarti mulai terjadi pembuangan Fe.Oleh sebab itu,
kalau konsumsi makanan, khususnya Fe kurang maka akan terjadi kekurangan Fe
(anemia).
Pertumbuhan normal tubuh memerlukan nutrisi
yang memadai, kecukupan energi, protein,
lemak dan suplai semua nutrien esensial yang menjadi basis pertumbuhan.
Pertumbuhan remaja di negara yang sedang berkembang membutuhkan perhatian
khusus pada nutrien vitamin A, seng atau protein selain kebutuhan energi yang adekuat.
Berbeda dengan di negara barat, di sana dilakukan fortifikasi pada produk
makanannya sehingga jarang ditemukan defisiensi nutrien (Soetjiningsih, 2004).
Kegiatan fisik
Aktivitas fisik
memegang peranan yang penting dalam menetukan kapan akan terjadi menarche. Aktivitas fisik
yang berat dapat memperlambat proses terjadinya menarche, seperti menjadi atlet
lempar lembing, lempar cakaram, lari, dan taekwondo (Lauder T,D, 2006).
Olahraga
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi
hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada sekresi
GnRH. Hal tersebut menyebabkan terjadinya menarche yang tertunda dan gangguan
siklus
menstruasi. Faktor utama penyebab supresi GnRH
atlet wanita adalah
penggunaan energi berlebihan yang melebihi
pemasukan energi pada atlet.
Disfungsi hipotalamus yang berhubungan dengan
latihan fisik yang
berat dan gangguan pada pulsasi GnRH, dapat
menyebabkan menarche yang
terlambat dan gangguan siklus menstruasi (Arzu V.
Selma dkk, 2005).
Body Mass Index
Korelasi antara usia menarche dari anak perempuan dan ibu mereka tetap ada dalam semua
keadaan kecuali
dalam obesitas. Menarche usia ibu adalah prediktor yang baik usia menarche putri di non-obesitas anak
perempuan dan BMI (Body Mass
index) merupakan
faktor penting
(Egemen A, 2005).
Nutrisi mempengaruhi kematangan
seksual pada gadis yang mendapat menstruasi pertama lebih dini, mereka
cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama
dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama.
Sebaliknya pada gadis yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan
daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan (TB)
mereka sama. Pada umumnya, mereka menjadi matang lebih dini akan memiliki body
mass index (indeks masa tubuh, IMT) yang lebih tinggi dan mereka yang matang
terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004).
Menstruasi
Menstruasi berasal dari kata latin’mensis’ yang berarti bulan
disebut menstruasi karena secara rata-rata menstruasi datang sekali sebulan. ‘Menstruasi’
bulanan adalah siklus peristiwa didalam tubuh yang dikendalikan oleh
hormon-hormon. (Darvill,2003). Menstruasi
adalah
pelepasan dinding rahim endometrium
yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan
kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut
akhirnya membentuk siklus manstruasi.
Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkalah dari
vagina selama usia produktif (Aulia, 2009).
Menstruasi pada usia 9-16 tahun adalah hal yang wajar, usia rata-rata
mulai menstruasi mulai 11-13 tahun, tetapi pada semua gadis yang mengalaminya
pada usia yang berbeda, menstrusasi terjadi sebagai akibat dihasilkannya
hormon-hormon dari sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang disebut pituitary gland (Darvil,
2003).
Menstruasi atau haid mengacu kepada
pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari
dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan
seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan
lain dapat membatasi kapasitas ini.
Menstruasi biasanya dimulai antara
umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, yaitu, status nutrisi,
berat dan tinggi badan. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai
wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan
pengaruh-pengaruh lainnya.
Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan
seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun
berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu
wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke
bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan
nutrisi wanita tersebut. (Yudhi, 2009).
Sikulus Menstruasi
Siklus
Endometrium
Hari pertama menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus
endometrium. Lama rata-rata aliran
menstruasi adalah lima hari (dengan rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah
darah rata-rata yang hilang ialah 50 ml (rentang 20 sampai sampai 80 ml), namun
hal ini sangat bervariasi. Siklus
menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling
mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta
ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan
uterus untuk kehamilan. Bila tidak
terjadi kehamilan, terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik, dan emosi wanita,
serta lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi (Bobak,2005). Menurut Bobak (2010), siklus endometrium
terdiri dari tiga fase, yaitu: fase
menstruasi, fase poliferasi, dan fase sekresi.
Fase
menstruasi. Fase ini tidandai oleh perdarahan
pervagina, berlangsung selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini akhir
dari siklus menstrual karena endometrium luruh ke lapisan dasar bersama darah
dari kapiler dan ovum yang tidak dibuahi.
Fase proliferasi. Fase ini merupakan
periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga
ovulasi, misalnya, hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau
hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Fase
proliferasi begantung kepada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel
ovarium.
Fase sekresi. Fase sekresi
belangsung
sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi
berikutnya. Setelah ovulasi diproduksi lebih
banyak progesteron. Pada akhir fase
sekresi, endometrium sekretorius matang dengan sempurna dan mencapai
ketebalannya. Endometrium menjadi kaya dengan darah sekresi kelenjar, tempat
yang sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang dibuah. (Bobak, 2005).
Menjelang akhir siklus menstruasi yang
normal, kadar estrogen dan progesterone darah menurun. Kadar hormone ovarium
yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi gonado
tropin-releasing hormone (Gn-RH) (Gn-RH) sebaliknya menstimulasi, sekresi
hipofisis anterior follicle stimutate hormon(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graf
ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn- RH
hipotalamus memicu hipofisis anterior mengeluarkan lutenizing hormone (LH).
Siklus
Hipotalamus-Hipofisis
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesterone
darah menurun. Kadar hormone ovarium
yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi gonado
tropin-releasing hormone (Gn-RH) Gn-RH sebaliknya, menstimulasi sekresi
hipofisis anterior FSH. FSH menstimulasi
perkembangan folikel de Graf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn- RH
hipotalamus memicu hipofisis anterior mengeluarkan lutenizing hormone
(LH).
Lonjakan LH yang menyolok dan kadar estrogen yang berada di bawah puncak
(hari ke 12) ekspulsi ovum dari folikel de Graaf
dalam 24 sampai 36 jam. LH mencapai
puncak pada sekitar hari ke 13 atau ke 14 pada siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum pada waktu ini korpus
luteum menyusut. Oleh karena itu, kadar
progesterondan estrogen
menurun
sehingga terjadi menstruasi, dan
hipotalamus distimulasi kembali untuk menyekresi gonado
tropin-releasing hormone (Gn-RH).
(Bobak, 2005).
Siklus
Ovarium
Sejak saat lahir terdapat banyak folikel
primordial dibawah kapsul ovarium. Setiap folikel mengandung ovum imatur. Pada
permulaan setiap siklus, beberapa folikel membesar dibawah pengaruh FSH dan
estrogen. Sekitar hari ke 14 siklus 28 hari, folikel yang membesar menjadi
pecah, dan ovum terlepas kedalam rongga abdomen. Proses ini disebut Ovulasi.
Fase
luteal dimulai segera setelah ovulasi dan
berakhir pada awal menstruasi. Fase
pascaovulasi pada siklus ovarium ini biasanya berlangsung selama 14 hari
(rentang 13 sampai 15 hari). Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, menyekresi baik
hormon estrogen streoid maupun progesteron steroid. Bersamaan dengan waktu fungsi luteal puncak
ini, telur yang dibuahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar sreoid menurun. Dua minggu
setelah ovulasi, jika tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi, lapisan fungsional endometrium uterus tanggal selama
menstruasi. (Bobak,2005).
Gangguan
Saat Haid
Banyak
wanita yang mengalami nyeri sebelum menstruasi atau haid, ada yang pusing,
mual, pegal-pegal, sakit perut, bahkan ada yang sampai pingsan. Sakit perut
yang dirasakan ini disebabkan kontraksi rahim untuk mengeluarkan endometrium yang
juga dipengaruhi oleh hormone prostaglandin. Kita juga merasa tidak enak karena hormon
estrogen dan progesteron mengalami kekacauan keseimbangan menjelang menstruasi.
Kalau sakitnya masih bisa ditahan, bisa disebut normal. Jika sampai pingsan
atau sakit yang luar biasa, hingga sampai mengganggu aktivitas kita, itu sudah
harus dicurigai. (Wahyurin dan Sari, 2007).
Menurut
Apriyani (2006) tanda-tanda terjadinya gangguan haid (datang bulan) pada
seorang wanita adalah sebagai berikut :
1.
Bagi wanita-wanita tertentu, tidak teraturnya datang bulan merupakan
keadaan yang wajar, namun bagi wanita lainnya, keadaan ini dapat merupakan
tanda bagi penyakit menahun.
2.
Apabila datang bulan (haid) tidak
terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin menunjukkan tanda kehamilan.
Akan tetapi, masa dating bulan yang tidak teratur atau tidak mendapatkan
bulanan sering merupakan keadaan yang wajar bagi banyak gadis yang baru saja
mendapatkan haidnya. Kecemasan dan gangguan emosional dapat menyebabkan seorang
wanita tidak mendapatkan haidnya.
3.
Apabila masa haid berlangsung lebih dari 6 hari, dan darah yang keluar
banyak dan tidak seperti biasanya, atau haid lebih dari satu kali dalam
sebulan, maka harus segera menghubungi dokter
Kerangka Konseptual
Figure 2.1 diadaptasi dari teori
perubahan perilaku oleh Lawrence Green (1980) dan Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo
(2003). Teori ini menjelaskan bahwa
stimulus yang di terima oleh individu menghasilkan perhatian, pengertian, dan
penerimaan. Selanjutnya menimbulkan
reaksi yang dapat berupa reaksi tertutup maupun reaksi terbuka. Reaksi terbuka dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu predisposing faktor, Enambling faktor, dan Reinforcing faktor. Reaksi terbuka inilah yang kemudian
menghasilkan perubahan, yaitu perubahan positif sehingga pendidikan kesehatan
dilakukan ataupun perubahan negatif yang mengakibatkan pendidikan kesehatan
tidak dilakukan.
Stimulus
|
·
Perhatian
·
Pengertian
·
penerimaan
|
Reaksi tertutup
(perubahan sikap)
|
Reaksi terbuka
(perubahan prilaku)
|
Perubahan negatif
|
Perubahan positif
|
Tidak menerima pendidikan
kesehatan
|
Menerima pendidikan
kesehatan
|
·
Reinforcing
factor (sikap
dan
perilaku penyedia pendidikan kesehatan)
|
·
Enabling factor
(tempat
Pelayanan pendidikan kesehatan)
|
·
(Predisposing
factor
(pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, jumlah anak, pefngetahuan, sikap)
|
Figure 2.1 Teori perubahan prilaku
Adapun teori keperawatan yang mendukung
penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Watson dalam Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (2010) yang menyatakan bahwa tujuan keperawatan adalah
untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan
mencegah kesakitan. Dalam hubungannya
dengan penelitian ini, perawat berperan memberikan caring secara interpersonal
melalui intervensi dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya pendidikan
kesehatan kepada masing-masing remaja sehingga lewat penyuluhan yang diberikan
diharapkan dapat memberikan masukan yang positif terhadap pengetahuan dan sikap
remaja dalam upayanya meningkakan dan mengembangkan kondisi sehat bagi anaknya
serta mencegah kesakitan lewat program pendidikan kesehatan.
Teori keperawatan lainnya yang menduking
diungkapkan oleh Parse (1981) dalam PPNI (2010). Ia menyatakan bahwa keperawatan memfokuskan pada
manusia sebagai suatu unit yang hidup dan kualitas partisipasi manusia terhadap
pengalaman sehat. Teori ini menuntut
manusia secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungan dan berpartisipasi
dalam upaya mempertahankan kesehatan, dalam hubungannya dengan penelitian ini,
partisipasi remaja sangat dituntut.
Salah satu upaya mempertahankan kesehatan
adalah melalui program pendidikan kesehatan. Teori lain yang mendukung adalah Health
Belief Model yang dikemukakan oleh Rosen stock (1974) dalam Hidayat (2008). Ia
menyatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan
sikap. Secara khusus bahwa persepsi
seseorang tentang kerentanan dan
kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya. Health Belief Model Menurut Becker (1979)
dalam Hidayat (2008) ditentukan oleh percaya bahwa mereka rentan terhadap
masalah kesehatan, menganggap serius masalah yakin terhadap efektivitas
pengobatan, tidak mahal, serta menerima anjuran untuk mengambil tindakan
kesehatan.
Paradigma
Konseptual
Independen Variabel (X) Dependen Variabel (Y)
Pendidikan kesehatan
|
Pengetahuan
|
Sikap
|
Figure
2.2 paradigma konseptual
Pernyataan
Hipotesa
H01:
tidak ada pengaruh yang signifikan dari
pendidikan kesehatan terhadap sikap siswi SD Advent di Minahasa Utara dalam
menghadapi menarche.
H02:
tidak ada pengaruh yang signifikan dari pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan sisiwi SD Advent di Minahasa Utara.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas desain penelitian
dan penggunaan statistik dalam proses analisa data, subyek dan partisipan
penelitian, sampling dan subyek alokasi, seting/pengaturan, pengumpulan data,
pertimbangan etika dalam penelitian, prosedur pengumpulan data, dan alur
perencanaan pengumpulan data.
Desain
Penelitian dan Penggunaan Statistik Dalam Proses Analisa Data
Model penelitian yang akan digunakan adalah penelitian
eksperimen atau percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu pengaruh yang
timbul dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang
dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo,
2003). Serta Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden
(Notoatmodjo, 2003,).
Variabel dalam
penelitian ini dibagi dua yaitu variabel dependen yaitu yang dipengaruhi dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap, dan variabel independen yaitu yang
mempengaruhi adalah pendikan kesehatan.
Subyek
dan Partisipan dalam Penelitian
Patisipan yang akan diikut sertakan
dalam penelitian ini adalah semua siswi
umur 9-12 tahun yang berada di SD Advent di Minahasa Utara pada periode
Januari-April 2012.
Sampling
dan Subyek Alokasi
Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu penetapan sampel dengan memilih
sampel diantara populasi yang sesuai dan dikehendaki peneliti, baik tujuan
atau masalah penelitian. Dalam penelitian ini, sampel diperoleh dari populasi
siswi yang berada di tiga SD Advent di Minahsa Utara yang disesuaikan
dengan tema, tujuan, dan kriteria subyek penelitian
yang telah ditentukan sebelumnya. Populasi siswi yang berusia 9 sampai 12 tahun
yang berada di SD Advent Laboratorium
Unklab adalah 78 orang,
di SD Advent Kaima adalah 23 orang, dan di SD Advent Kawiley adalah 25 orang.
Sedangkan sampel yang akan diikutsertakan sebanyak 90 orang.
Lokasi Penelitian
Yang akan menjadi tempat penelitian
yaitu SD Advent di Minahasa Utara diantaranya : SD Advent Laboratorium Unklab
yang berada di Airmadidi Bawah, SD Advent Kaima yang berada di desa
Kaima, dan SD Advent Kawiley yang berada di desa Kawiley.
Pengumpulan
Data
Dalam penelitian
ini teknik yang akan digunakan adalah wawancara langsung terstruktur dan
kuesioner. Wawancara merupakan salah satu bentuk usaha untuk mengetahui
informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
juga dan bertujuan untuk memperoleh standar suatu kegiatan. Sedangkan tujuan
dari validasi kuesioner adalah menemukan apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner jelas,
tidak ragu-ragu, jumlah pertanyaannya cukup untuk mengumpulkan data dan
pertanyaannya objektif, tidak menyimpang dan relevan dengan penelitian, serta
untuk mengetahui perubahan serta pengaruh yang terjadi pada responden.
(Sumarsono, 2004, hal 70). Untuk mengukur variabel pengetahuan dan
sikap siswi dalam menghadapi menarche peneliti menggunakan kuesioner yang
disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan teori-teori yang berhubungan.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian:
Bagian
1, berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan responden terhadap menarche. Responden diberikan pertanyaan yang akan
diukur dengan menggunakan skala Guttman.
Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat
jelas (tegas). Misalnya: Yakin – Tidak
Yakin; Ya – Tidak; Benar – Salah (Riduwan, 2003).
a. Menggunakan skala Guttman dengan pertanyaan positif
Ya :1
Tidak :2
Terdapat 18 pertanyaan positif untukmengukur pengetahuan responden terhadap
menarche.
Pada penelitian ini, pengukuran pengetahuan digolongkan menjadi:
Sangat kurang : ≤25
Kurang : 26-49
Baik : 50-74
Sangat Baik : ≥75.
Persentase
hasil didapat dari total penggolongan responden yang menjawab pertanyaan
kuesioner tentang pengetahuan dengan benar.
Bagian 2, berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang sikap responden terhadap menarche. Responden diberikan pertanyaan yang akan
diukur menggunakan skala Likert, dan peneliti menentukan kriteria untuk
mengidentifikasikan sikap responden sebagai berikut:
Sangat setuju : 5
Setuju : 4
Ragu-ragu : 3
Tidak setuju : 2
Sangat tidak setuju : 1
Tabel 3.1 Skla Likert Interpretasi
Skala
Respon
|
Sikap
|
Rata-rata Interval
|
5
|
Sangat Setuju
|
4.6-5
|
4
|
Setuju
|
3.6-4.5
|
3
|
Ragu-Ragu
|
2.6-3.5
|
2
|
Tidak Setuju
|
1.6-2.5
|
1
|
Sangat Tidak Setuju
|
1-1.5
|
Pada bagian ini
terdapat 13 pertanyaan untuk mengukur sikap responden terhadap menarche. Dari
nilai rata-rata yang didapat responde, peneliti menetukan berapa jumlah siswi
sesuai penggolongan sikapnya.
Untuk menjawab pernyataan masalah
penelitian nomor 1 dan 2 sampai sejauh manakah pengetahuan dan sikap siswi
remaja dalam menghadapi menarche digunakan rumus mean hipotetik dan standar deviasi hipotetik.
Adapun rumus mean hipotetik :
µ=1/2(i_max+i_min)∑k
Keterangan :
µ : Mean (rata-rata) hipotetik
i_max : Skor maksimal item
i_min : Skor minimal item
∑k : jumlah item
µ=1/2(i_max+i_min)∑k
Keterangan :
µ : Mean (rata-rata) hipotetik
i_max : Skor maksimal item
i_min : Skor minimal item
∑k : jumlah item
Rumus standar deviasi hipotetik
σ=1/6(X_max-X_min)
Keterangan :
σ : Standar deviasi hipotetik
X_max : Skor maksimal Subjek
X_min : Skor minimal Subjek
σ=1/6(X_max-X_min)
Keterangan :
σ : Standar deviasi hipotetik
X_max : Skor maksimal Subjek
X_min : Skor minimal Subjek
Untuk menjawab pernyataan masalah penelitian nomor 3 dan 4 apakah
ada pengaruh yang
signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap dalam
menghadapi menarche dari hasil pre test dan post test setelah digunakan uji statistik paired t-test.
Rumus:
dimana,
Keterangan
:
t = paired
t-test
= rata-rata selisih
antara pengamatan yang berpasangan
Sd
= standar deviasi dari
selisih antara pengamatan yang berpasangan
n = jumlah pengamatan
nilai siginifikansi α
= 0,05
Pertimbangan
Etika dalam Penelitian
Prosedur pertimbangan etika dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Memperoleh
surat pengantar dari dekan Fakultas Keperawatan Universitas Klabat.
2. Memperoleh surat izin dari Kepala Sekolah SD
Advent Laboratorium Unklab, Kepala
Sekolah SD Advent Kaima, dan Kepala Sekolah SD Advent Kawiley.
3. Mendapatkan informed consent
dari responden penelitian.
Hak-hak subyek
penelitian harus dilindungi dan mengacu pada :
1. Kesediaan menjadi responden
2. Kebebasan pribadi, tidak ada paksaan
3. Tanpa indentitas serta dijaga kerahasiaannya
4. Perlakuan yang wajar
5. Terlindung dari ketidaknyamanan dan hal yang membahayakan.
1. Kesediaan menjadi responden
2. Kebebasan pribadi, tidak ada paksaan
3. Tanpa indentitas serta dijaga kerahasiaannya
4. Perlakuan yang wajar
5. Terlindung dari ketidaknyamanan dan hal yang membahayakan.
Prosedur
Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengadakan studi pendahuluan, studi kepustakaan, memilih topik
penelitian, penentuan lahan, penyusunan proposal penelitian,
perampungan materi, persiapan alat dan
bahan yang dibutuhkan. Intinya adalah untuk mendapatkan
persetujuan proposal penelitian.
2.
Setelah mendapatkan
persetujuan proposal peneliti membawa surat izin penelitian dari Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Klabat dan diberikan kepada pihak sekolah,
untuk mendapatkan ijin penelitian.
3. Peneliti melakukan pengecekan di sekolah.
4. Setelah memperoleh responden yang sesuai, peneliti mulai melakukan
pengumpulan data. Dalam melakukan pengumpulan data aktual, peneliti mengikuti
protokol penelitian sebagai berikut: Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan dan keuntungan penelitian serta memperoleh informed consent dari responden penelitian, setelah itu peneliti
membagikan kuesioner kepada para responden dan dilanjutkan dengan melakukan
wawancara langsung untuk pengambilan data.
5. Jika semua data telah terisi, dilanjutkan dengan pengumpulan kuesioner dari
para responden.
6. Untuk mengakhiri pengumpulan data, peneliti mengucapkan terima kasih kepada para responden yang telah bersedia berpartisipasi menjadi subyek dalam
pengumpulan data.
7. Setelah data terkumpul,
peneliti mulai mengadakan pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian
serta penyajian hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Addy, (2009). Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Menarche. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
American
Nursing Diagnoses Association. (2005). Nursing diagnoses definitions and classification
2005-2006. Philadelpia: Nanda
International.North
Arikunto, S. (2009).
Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Aulia, (2009). Kupas Tuntas Menstruasi Dari A Sampai Z,
Yogyakarta: Millestone.
Azwar, S.
(2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bobak, I.
M. Dkk. (2005).
Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (terjemahan,
edisi. 4), Jakarta: EGC.
Darvill, W.
Dkk. (2003). The
Puberty Book panduan untuk remaja. Jakarta : PT. Gramadia
Pustaka Utama.
Egemen. (2005). Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Hidayat, A. (2007). Riset keperawatan dan teknik
penulisan ilmiah Jakarta: salemba media.
Paat et. Al. (2005). Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jones, D. L. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: PT. Delapratasa Publisihing.
Mubarak. W. I. Chayatin, N.
Rozhikin, K & supriadi. (2007). Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Notoatmodjo,
S. (2002). Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
S. (2002). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni,
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
S. (2005). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S.
(2005). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2002).
Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S.
(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S.
(2004). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta: Reneka Cipta.
Romauli, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Santrock, J.
(2003). Adolescence Perkembangan Remaja,
Jakarta: Erlangga.
Salemba
PPNI. (2000). Standar Praktik Keperawatan. Jakartan : PPNI
Sarwono. S. W, (2003), Psikologi Remaja, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sarwono, S.
(2003). Sosiologi Kesehatan. Refika Aditama. Jakarta.
Sarwono,
S. W. (2008).
Psikologi Remaja.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Slamet.
(2002). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Soekirman. (2000). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
VIII. Jakarta, 17-1.
Soetijiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Sumarsono, S.
(2004). Metode Riset Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Graha.
Wahyurin. (2007). Gangguan saat haid, ilmu
kebidanan, edisi ke -3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
Wijaya. (2008).
Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet
ke-5. Jakarta: Gramedia
Wiknjosastro Hanifa. Dkk.
(2002). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Widyastuti, Y., et.al, (2009), Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Fitramaya.
Yani dkk. (2009).
Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Fitramaya.
Yudhi. (2008)
memahami Kesehatan reproduksi wanita ed 2: Fitramaya.
Journal
Apriani. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang
Risiko di Luar Nikah Pada Siswa SMA N 2 Magetan. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Arzu, V. et, al.(2005). A Review of
The Female Athlete Triad, Adolescent Medicine, 14:1
Ezra, E. S. Dkk, (2003). Konstitusional Psikologis Remaja Putri Yang
telah Mengalami Menarche Di SLTP Negeri 1 Ogan Ilir. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Fergusson. D. M.
(2011). Age of menarche and
psychosocial outcomes in a New Zealand birth cohort . J Am Acad Child Adolesc Psychiatry, 132-140.
Lauder
T.D. (2006). The Female Athlete Triad :
Prevalence in Militarry Women, Medicine and Science in Sports and Exercise,
30:5
Lu ZJ. (2001). The relationship
between menstrual attitudes and menstrual symptoms among Taiwanese women. J Adv Nurs, 33(5):621-8.
Nurngaini, S. (2003).
Kesiapan Remaja Putri Sekolah Dasar dalam Menghadapi Menarche Dini Studi
Kualitatif Pada Siswa SD Islam AL Azhar 14 Semarang. Undergraduate thesis, Diponegoro
University.
Todd. T.et,al, (2010). The impact of socioeconomic status across early life
on age at menarche among a racially diverse population of girls. Ann Epidemiol. 836-42.
Veronica, J.
(2009). Pengaruh Metode Simulasi
Terhadap pengetahuan dan Sikap Guru tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja di SMU dan SMK Swasta Pencawan Medan. Tesis Pada Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Green, L. W. & Kreuter, W,M. (2000).
Health
Promotion Planning And Educational, California; Mayfield Publishing
Company.
Mulyati, (2007). Hubungan pengetahuan Mengenai Menstruasi Terhadap Kesiapan Remaja Putri
Usia Pubertas Di SMP Negri 3 Medan Dalam Menghadapi Menarche.
Media Elektronik
Internet
Dickerson L.M., Mazyck P.J., Hunter M.H. 2003. Premenstrual
Syndrome.http://www.aafp.org/afp/2003/0415/p1743.html. (27
oktober 2011)
Jameela,
A. R.
(2008). Remaja Indonesia Masih
Sangat Membutuhkan Informasi Kesehatan Reproduksi http://www.mitrainti.org/?q=node/407
; diunduh 14 oktober 2011.
Mayasari, D. (2005). Studi mengenai pengetahuan dan
penerimaan putri terhadap menstruasi (studi kasus pada 4 siswi SLTP di Jakarta)
www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/sslappage3.html, tanggal 10
oktober 2011.
Kuesioner
Penelitian dengan Judul:
“PENGARUH
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA
SISWI SD ADVENT DI MINAHASA
UTARA ”.
No :
Tanggal :
Kami Mahasiswa Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Klabat Tingkat IV, saat ini sedang melakukan
penelitian dengan judul “pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap dalam menghadapi menarche
SD advent di minahasa utara”. Oleh karena itu kami
meminta pertisipasi anda untuk turut serta dalam melengkapi pengumpulan data
yang sedang dilakukan, dan kami dapat menjamin kerahasiaan data-data yang telah
kami peroleh. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Hormat
kami,
Peneliti
1.
Identitas
Responden
a.
Jenis
Kelamin :
b.
Kelas :
2.
Pertanyaan
Tentang Pengetahuan
Petunjuk:
Pilihlah
jawaban yang paling tepat dari pertanyaan di bawah ini. Tuliskan nomor jawaban
yang Anda pilih pada kolom
jawaban di sebelah kanan.
DEFINITION
1
|
Menarche
merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita saat masa pubertas.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
2
|
Menarche merupakan puncak dari serangkaian perubahan
yang terjadi pada seorang gadis sedang menginjak dewasa.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
3
|
Menarche
adalah haid pertama yang akan dialami oleh setiap remaja.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
TANDA-TANDA
TERJADINYA MENARCHE.
1
|
Perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
2
|
Nafsu
makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
3
|
Emosi
menjadi labil, biasanya kita mudah sensitif dan perasaan negatif lainnya.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
4
|
Mengalami
kram perut
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
5
|
Kepala
Nyeri
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
6
|
Pingsan
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
7
|
Berat
badan bertambah, karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
8
|
Pinggang
terasa pegal
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
Gejalah
Terjadinya Menarche
1.
|
Behaviour symptoms, mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan
berlebihan, dan perubahan gairah seksual.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
2.
|
Psychologic symptoms, timbul gejala-gejala seperti mudah tersinggung, mudah marah,depresi, mudah
sedih, cengeng, cemas, susah konsentrasi, bingung, sulitistirahat, dan merasa
kesepian.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
3.
|
Physical symptoms, secara fisik muncul juga gejala sakit kepala,
payudara bengkak serta teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa
penuh, bengkak pada kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan persendian.
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Menarche
1.
|
Status gisi
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
2.
|
Kegiatan fisik
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
3.
|
Index massa tubuh
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
|
3.
Pertanyaan
mengenai sikap
Jawablah dengan hanya
satu pilihan apakah anda setuju atau tidak setuju. Kami tidak menilai jawaban
anda benar atau salah.
1.
|
Menarche
merupakan peristiwa yang normal yang harus dihadapi oleh remaja putri.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
|
2.
|
Mempelajari
dan mengerti tentang menarche sebaiknya sebelum mengalami menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
|
3.
|
Menarche
bukan merupakan peristiwa yang memalukan bagi seorang remaja putri yang
menagalaminya.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
|
4.
|
Mempersiapkan
pembalut sebelum mengalami menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
|
5.
|
Mengurangi
aktivitas fisik baik sebelum atau sesudah menarche atau pun sementara
mengalami menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
|
6.
|
Bertanya pada orang tua atau orang yang sudah
berpengalaman tentang menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
|
7.
|
Mecari
tau penanganan menarche yang terkini lewat media cetak, audio dan visual.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
8.
|
Mengerti
tanda dan gejala dari menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
9.
|
Mempersiapkan
diri sebelum terjadinya menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
10.
|
Menjaga
kebersihan diri saat mengalami menarche.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
11.
|
Mengontrol
kecemasan yang muncul ketika mengalami menarche
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
12.
|
Menarche adalah perilaku seksual
yang normal dan sehat sebagai bentuk pelampiasan seksual.
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
13.
|
Mengontrol
emosi dan sikap saat mengalami menarche
|
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak Setuju
3. Ragu – ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar