Kamis, 07 Maret 2013

10 Perilaku Hidup bersih dan Sehat




10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 
1.Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, spesialis kandungan)
Tujuannya adalah untuk mencegah resiko kematian ibu dan bayi setelah persalinan.

2. Memberi ASI ekslusif (0-6 bulan) Asi bermanfaat untuk ibu dan bayi
-ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi pada 6 bulan pertama.
-ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi , dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi
-Menyusui akan membentuk hubungan dan ikatan hati antara ibu dan anak.

3.Menimbang balita setiap bulan ( ke posyandu / puskesmas)
Dengan menimbang balita kita dapat melihat perkembangan dan keadaan gizi balita apakah gizi baik atau gizi buruk, karena pada balita yang menderita gizi buruk akan lebih mudah terkena penyakit.

4.Menggunakan air bersih. menggunakan untuk memasak dan kebutuhan rumah tangga lainnya seperti mandi, mencuci dll, untuk mencegah masuknya kuman kedalam kuman.

5.Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir & memakai sabun
Pada saat mau makan atau menyiapkan makanan harus mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun untuk mencegah kuman masuk kedalam tubuh pada saat kita makan.
6.Menggunakan jamban sehat
Tujuh Kriteria jamban sehat:
 ·  Tidak mencemari air
·  Tidak mencemari tanah permukaan
·  Bebas dari serangga
·  Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
·  Aman digunakan oleh pemakainya
·  Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
·  Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

7.Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 
Gerakan 3 M--> Menguras bak mandi 1 minggu sekali, Menutup tempat penampungan air, Mengubur sampah--> mencegah terjadinya penyakit demam berdarah yang di sebabkan oleh Aedes aegypti

8.Makan buah & sayur setiap hari
karena buah2an banyak mengandung vitamin dan serat yang bagus untuk pencernaan dan daya tahan tubuh).      

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari (olahraga seperti jalan santai, aerobic, bersepeda, bulu tangkis, dan lain-lain sebaiknya selama 45 menit secara terus menerus karena bisa membakar lemak yang berlebihan pada tubuh.
Olahraga yang rutin juga mengurangi resiko terkena penyakit jantung, hiperkolesterol, darah tinggi, kencing manis dll)

10. Tidak merokok di dalam rumah 
Rokok mengandung zat-zat beracun yang berbahaya bagi tubuh. Asap rokok dapat menggangu saluran pernafasan. Asap rokok juga meningkatkan resiko terkena kanker.


Rabu, 20 Februari 2013

Ketuban Pecah Dini (KPD)




BAB I
PENDAHULUAN



Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2008).
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi terutama kematian perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan (prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada penanganan konservatif.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%
Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup (http://www.kabarindonesiaonlineupdate, 4 Juni 2011).
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel, trauma, hidroamnion, dan gemelli. Oleh sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya.
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat presentasi kasus dengan judul ” Asuhan Keperawatan Pada Ny. “H” Dengan Ketuban Pecah Dini Gestasi 36-37 Minggu di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung tanggal 26 s/d 28 September 2012”, Sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan kontribusi pemikiran yang berkompoten dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.




1.1 Definisi
 KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu sebagian besar KPD adalah hamil aterm di atas 27 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak ( Ida Bagus, 2001 ).
 KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai ( Mansjoer Arif, 2000 : 310 ).
 Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan. Jumlah normal air ketuban sekitar 500cc (Arief Mansjoer, 1999 : 310).

Fungsi Air Ketuban
  1. Untuk proteksi janin.
  2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
  3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
  4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
  5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
  6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
  7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc.
1.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebabkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor resiko adalah :
a.    Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
b.    Serviks yang inkopeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
c.     Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramion, gameli.
d.    Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai infeksi.
e.     Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
f.     Keadaan sosial ekonomi.


1.3 Tanda & Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
a.    keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak.
b.    Dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi.
c.    janin mudah teraba.
d.     pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering.
e.     inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 ).

1.4 Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Komplikasi yang biasa terjadi pada Ketuban Pecah Dini, antara lain:
a.    Infeksi intrauterin
b.     Partus premature
c.    Tali pusat menumbung
d.     Distosia (Partus kering)

1.5 Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).High virulence : bacteroides. Low virulence : lactobacillus.Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen padaselaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

Patofisiology Terjadinya Ketuban Pecah Dini

Kurangnya personal hygine

Kadar kelembaban pada area perineum meningkat

Penumpukan bakteri dan jamur pada daerah perineum
 

Keseringan melakukan perikasa dala dapda kehamilan dengan tanpa menggunakan teknik steril

Invasi bakteri atau jamur de bagian dalam organ reproduksi
 

Menginfeksi bagian dalam organ reproduksi

Infeksi metastase ke selaput yang melindungi cairan ketuban

Penipisan selaput ketuban

Ketuban pecah
1.6 Tes Diagnostic
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan rikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim.

1.7 Penatalaksanaan Medis
Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
1.    Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit
2.    Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar
3.    Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
4.    Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur
5.    Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri



Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan dilakukan, dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Risiko kelahiran bayi prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil. Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban.Tetapi jika memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko infeksi. Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka istirahat danpenundaan kelahiran (bila belum waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan. Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan kontroversi dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Steroid berguna untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko sindrom distress pernapasan pada janin, serta perdarahan pada otak. Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan. Yang pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat menyebabkan infeksi.Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari, berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir).


1.8 Fokus Pengkajian (Riwayat & Pemeriksaan Fisik)
1.    Biodata pasien
 Biodata pasien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2.    Keluhan utama  
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering
3.     Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4.    Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
5.    Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6.    Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
7.    Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga


8.     Kebiasaan sehari –hari
1.    Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
2.    Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
3.    Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4.    Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan  pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
5.    Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total.
6.    Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
9.     pemeriksaan fisik
kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu

10.  Head To Toe
1.     Rambut    : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet
2.     Mata        : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis
3.    Telinga     : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak
4.    Hidung     : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak
5.    Mulut dan gigi       :  bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
6.     Leher       : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid

7.     Paru – paru
warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan
 bunyi Paru:  suara nafas
8.    Jantung
 warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak
frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula bunyi jantung apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
9.    Abdomen
 keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum
 bunyi abdomen
 bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
10. Payudara
Puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum


11.  Ekstremitas
 warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak , apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
12. Genitalia
 Apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah genitalia klien
Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak.


















BAB II
LAPORAN KASUS

Pada bab ini akan dibahas tentang pengkajian, tes diagnostic, dan diagnose keperawatan.

2.1 Pengkajian
2.1.1         Identitas Istri/ Suami
Nama                   : Ny. “H”/ Tn. “A”
Umur                    : 38 thn/40 thn
Nikah/lamanya   : 1 kali / ± 17 thn
Suku                    : Makassar / Bugis
Agama                 : Islam / Islam
Pendidikan         : Sma / Sma
Pekerjaan            : IRT / Wiraswasta
Alamat                  : Jl. Padjajaran
HPHT                   : tanggal 01 – 01 – 2012
Tafsiran partus   : tanggal 08 – 10 – 2012
Diagnosa Medis : G5P3A1 dengan Ketuban Pecah Dini, Gestasi 36-37 minggu

2.1.2           Riwayat Keperawatan
1.    Riwayat kesehatan yang sekarang dan lalu
2.    Tidak ada riwayat penyakit jantung, asma, hipertensi, dan DM.
3.    Tidak ada riwayat sakit kepala, kejang
4.    Tidak ada riwayat penyakit keturunan baik suami maupun istri.
2.    Riwayat sosial ekonomi
1.    Riwayat KB ada. Menggunakan pil andalan
2.    Menikah 1 kali dengan suami sekarang dan sudah ± 17 tahun lamanya.
3.    Ibu dan keluarga merencanakan kehamilannya.
4.     Pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah atau suami.
3.    Riwayat spiritual
1.    Ibu menganggap kehamilannya ini merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
2.    Dalam kehidupan sehari-hari, ibu rajin melakukan sholat 5 waktu.
4.    Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
1.    Kebutuhan Nutrisi
Selama inpartu :
Makanan cukup mengandung protein dan vitamin (Nasi,Ikan,tahu,tempe, Sayuran,buah pisang, mangga) nafsu makan pasien agak menurun, hidrasi ± 500 cc (air putih dan susu).
2.    Kebutuhan Eliminasi
Kebiasaan BAK :
Frekuensi 4 - 5 kali sehari, warna kuning, bau amoniak. Perubahan selama inpartu BAK 5-7kali, warna kuning, bau amoniak.

5.    Kebutuhan kebersihan diri
1.    Klien mandi 2 kali sehari yakni pagi dan sore
2.     Mencuci rambut 2 kali seminggu menggunakan samphoo.
3.     Gosok gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi
4.    Ganti baju dan pakaian dalam setiap selesai mandi
6.    Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebiasaan : Tidur siang tidak teratur, tidur malam ± 6-8 jam, pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri.
Selama inpartu : Ibu kadang terbangun tengah malam

2.1.3         Pemeriksaan Fisik (26/9-2012)
            Tinggi Badan            : 165 cm
       Berat Badan   : sebelum hamil 55kg, setelah hamil 65kg
      Tanda Vital       : Temperatur : 36,6°C
                                   Nadi 82X/menit
                                   Pernapasan 20X/menit
                                   Tekanan Darah 120/80 mmHg
Kepala                 : Rambut tampak rontok, warna hitam, tidak ada benjolan,kulit Kepala bersih, tidak ada memar,tidak ada nyeri tekan, kepala tampak simetris.
Mata                     : Bentuk kedua mata simetris, lapang pandang                                       
normal, fungsi  penglihatan normal, warna konjungtiva merah  muda, sklera berwarna putih.
Wajah             : tampak ada chloasma gravidarum, tidak ada odem.
Telinga           : Kedua telinga tampak simetris,tidak ada nyeri tekan,
  tidak ada pembengkakan,fungsi pendengaran baik.
Hidung           :Bentuk simetris, tidak ada mucus,tidak ada sinusitis,tidak ada kemerahan.
Mulut dan gigi : Bibir tampak lembab, 2 gigi karies
Leher              :Tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan
        kelenjar getah bening, tidak ada peningkatan tekanan
vena jugularis.
Payudara       :Bentuk payudara simetris, tidak ada pembengkakan,
puting susu menonjol,tidak teraba massa, hiperpigmentasi pada areola mammae, kolostrum ada bila dipencet.

Paru-paru      : Bunyi pernafasan vesikuler, taktil fremitus (+), Ronchi (-),
         wheezing (-).
Jantung         :Frekwensi denyut  jantung 112x/menit dan irama
regular,bunyi jantung murni, tidak ada suara tambahan.
Abdomen       :Tampak striae gravidarum, linea alba (+), tonus otot kendor.
Leopold 1      :Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah proc. Xyphoideus dan bagian yang ada pada fundus adalah kepala.
Leopold 2      :Letak punggung bayi disebelah kiri sedangkan bagian kecil terdapat disebelah kanan.
Leopold 3      : Dibawah panggul terdapat kepala dan dan bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul.
Lingkar Perut : 97 cm
Ukuran tinggi9 fundus : 32 cm
DJJ : 132 X/menit
Genitalia`       : Pada vulva tidak ada tanda chadwick (warna selaput lendir vulva dan vagina ungu), tidak ada pembengkakan pada vulva, tampak pengeluaran lendir dan darah.
Ekstremitas   : Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema pada tungkai, tidak ada varices, adanya refleks pattella kiri dan kanan

2.1.4         Tes Diagnostic
Tanggal 26/09-2012
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
13 g/dl
P:12-14 L: 14-15
Leukosit
14.000 mm³
4.000-10.000
Trombosit
215.000 mm³
150.000-450.000
Hematokrit
46 %
L: 40-50 P: 35-47

2.2 Diagnosis Keperawatan
No.
Data
Etiologi
Problem
1.
DS : “Nyeri perut tembus ke belakang disertai pengeluaran cairan”
DO: Ku pasien lemah, kontraksi 3 x 10 menit durasi 35-40 detik, pembukaan 3-4cm, skala nyeri 8 (0-10), ada pelepasan lendir dan cairan

Leopold IV
Kepala bayi memasuki PAP

Produksi Hormon oxyticin meningkat

Terjadi kontraksi uterus
 

Rangsangan Nyeri
Nyeri perut

2.
DS : “.......“
DO : Ku pasien lemah, T=36,6ÂșC, P= 82x m, R=20 x/m
BP=120/80 mmhg, tampak pengeluaran lendir dan darah +/- 200cc, Leukosit =14.000mm³
Janin Belum cukup bulan

Kantong amnion(membantu mekanisme pencegahan bakteri) belum utuh


Masuknya bakteri di selaput ketuban

Infeksi

Kalor, Rubor, tumor, Dolor, Functiolaesa
  

Infeksi jalan lahir

3.
DS : “Bruder bagaimana keadaan bayi saya?
DO :- pt tampak bertanya-tanya tentang penyakit nya.
-pt tampak gelisah.
-pt tampak mengerutkan kening.
Kurangnya informasi terhadap gangguan kehamilan

Kurangnya pemahaman sehubungan penyakit

Ansietas
Ansietas


2.3 Perencanaan
2.3.1     Prioritas Masalah
1.    Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
2.    Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: pecah ketuban
3.    Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit
2.4 – 2.5 Terlampir
2.6 Penkes Terlampir



BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan pada Ny.”H” dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung tanggal 26-28 september 2012. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan menguraikan sebagai berikut :
A. Pengkajian dan Analisa Data Dasar
Pengumpulan data dasar merupakan proses manajemen asuhan keperawatan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik berupa kesehatan fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan suatu hambatan yang dapat mengganggu pengumpulan data yang kami lakukan karena respon ibu dalam memberikan informasi sangat membantu begitu pula dengan keluarganya, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan Pasien.
Menurut teori yang ada, ketuban pecah dini merupakan suatu keadaan dimana terjadi keluarnya cairan ketuban sebelum memasuki masa persalinan. Ketuban pecah dini lebih banyak yang ditangani melalui induksi atas pertimbangan untuk mempercepat persalinan dengan maksud menghindari terjadinya infeksi dan persalinan prematur.
Berdasarkan studi kasus pada Ny.”H” dengan ketuban pecah dini atas indikasi pengeluaran cairan dari jalan lahir, maka dilakukan induksi persalinan untuk mempercepat terjadinya persalinan agar tidak terjadi infeksi,sehingga apa yang dijelaskan di tinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan antara teori dan studi kasus.















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1.    Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan dengan umur kehamilan > 20 minggu.
2.    Faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini adalah trauma, kehamilan ganda, hidroamnion, penumbungan, kelainan letak dan presentase janin, serta faktor lain yang belum di ketahui.
3.    Ketuban pecah dini berpotensi untuk menyebabkan infeksi.
4.    Dengan terjadinya ketuban pecah dini, berarti selaput ketuban yang melindungi bayi dari dunia luar menjadi terbuka. Ini berpotensi menimbulkan penularan bakteri dari vagina dan infeksi rahim. Ini tentu berbahaya terhadap keselamatan bayi.
5.    Pada persalinan dengan ketuban pecah dini tidak selamanya di tangani dengan induksi tetapi dapat dilahirkan secara normal atas pertimbangan dari ibu tidak ditemukan kelainan sedangkan pada bayi apabila tafsiran janin tidak prematur.
6.    Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.”H” mulai dari pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh adanya kerjasama antara pasien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
7.    Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses manajemen keperawatan, karena hal ini merupakan bukti pertanggungjawaban bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap pasien.
6.2: Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
1.    Saran Untuk Perawat
a.    Diharapkan seorang perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus yang patologi khususnya dalam kasus ketuban pecah dini agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
b.     Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan pasien.
c.    Diharapkan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan dana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada pasien.
d.    Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan keperawatan dapat diterapkan pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung, Klinik bersalin, Puskesmas rawat inap dan lain sebagainya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
e.    Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus selalu digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
2.     Saran Untuk Rumah Sakit
Sebaiknya pihak Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung menempatkan perawat atau bidan tetap yang bertugas di ruang bersalin, nifas / perawatan ginekologi dan ruang bayi agar setiap pasien mendapatkan kualitas pelayanan yang profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki petugasnya.
3.    Saran Untuk Istitusi
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan dan menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Ketuban Pecah Dini, (http://www.kabarindonesia), diakses tanggal 4 juni 2011.
Anonim, 2011. Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN, (http://www.kabarindonesia), diakses tanggal 4 juni 2011.
Depkes R.I.,2008. Profil kesehatan Indonesia, Jakarta.
Manuaba I.B.G. 2008 Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Nugroho, Taufan. 2010, Kasus Emergency Kebidanan, Penerbit Buku K
ompas, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2005, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2007, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo E.J. 2008, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Saifuddin, dkk, 2006 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Simatupang E.J. 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen, Penerbit Buku Awan Indah, Jakarta.
Sudraji, Sumapraja. 2005, Persalinan Normal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.