BAB I
PENDAHULUAN
Masalah Penelitian dan Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat
diperlukan dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan
hidup sehat dapat menunjang kesehatan seseorang. Kebiasaan hidup yang sehat diantaranya
mengkonsumsi makanan yang bergizi secara teratur, berolahraga secara teratur,
menghindari makanan yang banyak lemak
dan menghindari merokok.
Walgito (2004), mengemukakan dewasa ini merokok merupakan pemandangan yang
tidak asing, kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan, juga
sebagian perokok pria menganggap bahwa merokok adalah lambang kemaskulinan,
namun dilain pihak merokok dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan pribadi
perokok, orang di sekitar perokok, dan lingkungan. Menurutnya sebagaian anak remaja usia 15
tahun dan masih duduk di bangku SMP dan SMA sudah mulai merokok.
Merokok adalah kebiasaan buruk yang
dapat merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain, tidak dipungkiri bahwa sebagian
besar masyarakat mengetahui akan dampak negatifnya. Faktanya dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari,misalnya di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan
banyak orang yang merokok (Komalasari & Helmi, 2008).
World Health Organization (2008), menyatakan terdapat 1,35 miliar perokok di
dunia dengan persentase terbesar dari China 390 juta perokok atau 29% per
penduduk, kemudian India 144 juta perokok atau 12,5% per penduduk, kemudian
Indonesia menduduki peringkat ketiga 65 juta perokok atau 28% per penduduk
(setara dengan 225 miliar batang per tahun).
Di Indonesia
diketahui perokok dari kalangan anak-anak dan remaja didapatkan perokok pria
24,1% anak/remaja pria, wanita 4,0% anak/remaja wanita atau 13,5% anak/remaja
Indonesia,sedangkan dari kalangan dewasa didapatkan perokok pria 63% pria
dewasa, wanita 4,5% wanita dewasa atau 34% perokok dewasa. Survey Sosial
Ekonomi Badan Pusat Statistik (2001) mengemukakan bahwa di Sulawesi Utara
diketahui perokok pria 61,2% dan wanita 1,9%.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2004) menyatakan dengan besarnya jumlah dan tingginya
persentase penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan
konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi
pada tahun 2002 sebanyak 182 milyar batang setiap tahunnya setelah Republik
Rakyat Cina (1.697.291 milyar), Amerika Serikat (463.504 milyar), Rusia
(375.000 milyar), dan jepang (299.085 milyar).
Gondodiputro
(2007), menyatakan tingginya persentase penduduk Indonesia yang mempunyai
kebiasaan merokok sehingga kesehatan menjadi salah satu faktor yang tidak bisa
dikesampingkan. Tercatat tidak kurang
dari 4.000 jenis zat kimia yang terkandung dalam sebatang rokok dan 60 zat
diantaranya bersifat karsinogenik dan bersifat adiktif.
Jumlah prevalensi anak dan remaja yang merokok terus
meningkat. Survei Sosial Ekonomi Badan
Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadinya peningkatan
prevalensi merokok pada anak usia 15-19 tahun.
Pada tahun
2001 prevalensi merokok pada tahun 2004 menjadi 17.3% (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003).
Glasier & Gebbie (2005), masa remaja adalah suatu periode transisi yang
memiliki rentang dari masa kanak-kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai
pencapaian tanggung jawab pada masa remaja.
Remaja memiliki masalah yang
berbeda dari orang dewasa karena pada usia ini mereka sedang berusaha
untuk mencari jati diri, sehingga program pendidikan kesehatan harus dirancang
khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih khusus bagi para remaja yang berdomisili
dan bersekolah di daerah dekat pasar yang rentan dengan pengaruh
pergaulan yang dapat menjerumuskan
generasi penerus bangsa Indonesia.
Masalah inilah
yang melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui sikap dan pengetahuan remaja
tentang bahaya rokok dengan melakukan penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa-Siswi Tentang Bahaya Rokok di SMK Klabat
Airmadidi’’.
Pernyataan Masalah
Penelitian berdasarkan uraian dalam
latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai
berikut:
1.
Apakah
ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
siswa-siswi tentang bahaya rokok.
2.
Apakah
ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap sikap
siswa-siswi tentang bahaya rokok.
3.
Apakah
ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap
pengetahuan siswa-siswi bila dilihat dari jenis kelamin.
4.
Apakah
ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap sikap
siswa-siswi bila dilihat dari jenis kelamin.
5.
Apakah
ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan
siswa-siswi bila dilihat dari segi pendidikan orang tua.
6.
Apakah
ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap sikap
siswa-siswi bila dilihat dari segi pendidikan orang tua.
Tujuan Penelitian
Setelah
meninjau latar belakang masalah, perumusan masalah, serta tinjauan kepustakaan
maka disusun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengidentifikasi
pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
terhadap pengetahuan siswa-siswi SMK
Klabat Aimadidi.
2. Untuk mengidentifikasi pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan
tentang bahaya rokok terhadap sikap siswa-siswi SMK Klabat Airmadidi.
3.
Untuk
mengidentifikasi pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
terhadap pengetahuan siswa-siswi SMK Klabat Airmadidi bila dilihat dari jenis
kelamin.
4.
Untuk
mengidentifikasi pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
terhadap sikap siswa-siswi SMK Klabat Airmadidi bila dilihat dari jenis kelamin.
5.
Untuk
mengidentifikasi antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan siswa-siwi SMK Klabat Airmadidi
bila dilihat dari segi pendidikan orang tua.
6.
Untuk
mengidentifikasi antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap
sikap siswa-siwi SMK Klabat Airmadidi bila dilihat dari segi pendidikan orang
tua.
Manfaat Penelitian
Bagi Praktek Keperawatan
Untuk
menambah pengetahuan bagi tenaga kesehatan agar dapat menyampaikan pengetahuan tentang
bahaya rokok kepada masyarakat terutama kepada remaja.
Bagi Institusi
Untuk
memberikan bahan masukan dalam kegiatan pembelajaran terutama
Mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan
pada siswa-siswi di SMK Klabat Airmadidi, dan bagi Universitas Klabat sebagai bahan
referensi di perpustakaan.
Bagi Masyarakat
Diharapkan
kepada masyarakat untuk dapat memberikan informasi dan persepsi yang benar
tentang bahaya rokok, sehingga dapat mengurangi jumlah perokok pada remaja.
Bagi Peneliti
Untuk
memperoleh informasi yang jelas mengenai sikap dan pengetahuan tentang bahaya rokok
pada siswa-siswi di SMK Klabat Airmadidi, dan memberikan pengalaman serta
menambah ilmu pengetahuan tentang bahaya roko
Bagi Remaja
Untuk
meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMK Klabat Airmadidi tentang bahaya rokok melalui pendidikan kesehatan,
dan dapat dijadikan sumber referensi, berkaitan dengan pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan dan sikap mengenai bahaya rokok.
Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang bahaya rokok, dan dapat memotivasi peneliti lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang
bahaya rokok.
Cakupan dan Batasan
Cakupan dalam penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang diberikan kepada siswa-siswi
SMK Klabat Airmadidi, kelas X yang terdaftar serta aktif sekolah dan bersedia
menjadi responden.
Sedangkan batasan masalah dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Klabat Airmadidi kelas XI dan XII dan
yang tidak menandatangani informed
consent ( tidak besedia menjadi responden ).
Definisi
Istilah yang digunakan dalam Penelitian
Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan
rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica
dan spesies lainnya (Jeff Lorren, 2010).
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan
proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik
pada diri
individu melalui penyuluhan dengan menggunakan LCD dan pamflet kepada
siswa-siswi selama satu minggu dengan tiga kali pertemuan.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kekayaan
mental yang secara langsung atau tidak
langsung turut memperkaya kehidupan
siswa-siswi, oleh karena pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai
pertanyaan yang muncul tentang bahaya rokok.
Sikap
Sikap merupakan gambaran kemungkinan
tindakan atau tingkah laku yang akan diambil oleh siswa-siswi SMK Klabat
Airmadidi sebagai respon terhadap pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
yang sudah dilakukan melalui penyuluhan dan pemberian pamflet.
SMK Klabat
Airmadidi
SMK Klabat Airmadidi adalah salah satu
sekolah menengah kejuruan yang terletak di Kecamatan Airmadidi kabupaten
Minahasa Utara
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dari pendidikan
kesehatan, bahaya rokok, pengetahuan dan sikap dan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan dan sikap.
Pendidikan Kesehatan
White (2005), menyatakan bahwa pendidikan sangat berperan
besar dalam membentuk mutu kehidupan seseorang baik pendidikan secara formal di bangku
sekolah ataupun nonformal diluar sekolah.
Hakekat pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan yang dapat membantu
dalam proses pencegahan tentang masalah kesehatan, dan dalam upayah
meningkatkan kesehatan, dengan cara memberikan pemahaman tentang syarat-syarat
pemeliharaan kesehatan melalui pendidikan kesehatan (Nursalam dan Effendi,
2004).
Tujuan pendidikan kesehatan merupakan perubahan pengetahuan, sikap,
motivasi, dan praktek untuk dapat meningkatkan atau mempertahankan kesehatan
(Nursalam, 2009).
10
|
Wahid (2009), mengatakan bahwa ruang
lingkup pendidikan kesehatan
dapat dilihat dari berbagai dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat
pelaksanaan atau aplikasinya.
1.
Dimensi sasaran pendidikan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga dimensi : a)
Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu; b)pendidikan
kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok; c) pendidikan kesehatan masyarakat
dengan sasaran masyarakat luas.
2.
Dimensi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
dapat berlangsung di berbagai tempat dengan sasaran yang berbeda, misalnya: a) pendidikan kesehatan di
sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid; b) pendidikan kesehatan di
rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga
pasien; c) pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan yang bersangkutan.
3.
Dimensi pelayanan kesehatan, dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan: a) peningkatan kesehatan; b) perlindungan
umum dan khusus; c) diagnosis dini dan pengobatan segera; d) pembatasan kecacatan;
e) rehabilitasi.
4.
Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga
kelompok yaitu: a) sasaran primer; b) sasaran sekunder; c) sasaran tersier
Metode Pendidikan Kesehatan
Maulana
(2009), membagi
metode pendidikan kedalam beberapa bagian yaitu:
1.
Metode pendidikan perorangan
Metode pendidikan ini bersifat individu dan digunakan untuk membina
perilaku baru yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku. Bentuk dari metode perorangan ada tiga yaitu:
bimbingan, penyuluhan dan wawancara.
2.
Metode Pendidikan kelompok
Yang perlu diperhatikan dalam metode pendidikan kelompok adalah besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok besar, metode yang digunakan
akan berbeda dengan kelompok yang kecil.
Efektivitas suatu metode akan bergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
3.
Metode Pendidikan Massa
Metode pendidikan massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan
yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. Oleh karena sasaran
pendidikan ini bersifat umum maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi. Metode ini
terbagi atas: ceramah umum, pidato-pidato tentang kesehatan, simulasi, tulisan-tulisan
di majalah atau koran.
Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya
adalah alat bantu pendidikan
disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut
merupakan alat untuk menyampaikan kesehatan, digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau pasien. Adapun media pendidikan kesehatan yang
digunakan meliputi: 1) media elektronik (radio, televise, internet, handphone, teleconference); 2) media
cetak (majalah, koran, buletin board); 3) media papan.
Manfaat yang diambil dari penggunaan media
pendidikan menurut Sumijatum, et.al (2005) yaitu : 1) menimbulkan minat sasaran
pendidikan; 2) mencapai sasaran pendidikan yang lebih baik; 3)membantu dalam
mengatasi hambatan bahasa; 4) merangsang sasaran pendidikan kesehatan untuk
meneruskan pesan yang diterima pada orang lain; 5) mempermudah penyampaian
bahasa pendidikan atau informasi; 6) mendorong keinginan orang untuk
mengetahui; 7) membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Pengetahuan
Notoadmojo (2007) menyatakan pengetahuan
mempunyai tingkatan yang berbeda- beda secara garis besarnya dibagi dalam:
-
Tahu (Know)diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya .
-
Memahami (Comprehension)
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui.
-
Aplikasi (Application) diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari.
-
Analisis (Analysis)
diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen.
-
Sintesis (Synthesis)
diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
-
Evaluasi (Evaluation)
diartikan sebagai kemampuaan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri
seseorang menurut Notoadmojo (2007) adalah :
1.Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
2. Informasi / Media Massa
Informasi
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi yang
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini
dan kepercayan orang.
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4.Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
Pengalaman
sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
6. Usia
Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya individu akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
-
Semakin
tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
-
Tidak
dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan
yang lain seperti kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia
Sikap
Azwar (2005), menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi
oleh faktor- faktor lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat-istiadat, ataupun
pengalaman, sehingga walaupun dengan pengetahuan yang sedang tetapi responden
dapat memiliki sikap yang baik.
Sarwono (2000), menyatakan sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif lebih cenderung kepada tindakan mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
Sedangkan sikap
negatif lebih cenderung menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
Sunaryo (2004), sikap adalah kecendrungan bertindak
dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.
Hariadi (2003), sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran corak
tingkah laku seseorang. Berdasarkan pada sikap seseorang, orang akan dapat
menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil oleh orang tersebut
terhadap suatu masalah atau keadaan yang akan dihadapinya. Jadi kemungkinan
tindakan atau tingkah laku yang akan diambil sebagai respon terhadap suatu
masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya.
Dunn dalam Potter dan Perry (2005), menyatakan bahwa cara memaksimalkan potensi
sehat pada individu melalui perubahan sikap.
Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervensi keperawatan yang
dapat membantu klien mengubah perilaku
menuju pola hidup sehat.
Oskamp (2001), mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses
evaluatif yang dilakukan individu, oleh karena itu mempelajari sikap berarti
perlu juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif, yaitu:
1.
Faktor-faktor Genetik dan fisiologik
Sebagaimana
dikemukakan bahwa sikap dipelajari, namun demikian individu membawa ciri sifat
tertentu yang menentukan arah perkembangan sikap ini, di lain pihak faktor
fisiologik ini memainkan peranan penting dalam pembentukan sikap melalui
kondisi-kondisi fisiologik, misalnya usia, atau sakit sehingga harus
mengkonsumsi obat tertentu.
2.
Pengalaman Personal
Faktor
lain yang sangat menentukan pembentukan sikap adalah pengalaman personal atau
orang yang berkaitan dengan sikap tertentu. Pengalaman personal yang langsung
dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat dari pada
pengalaman yang tidak langsung yaitu peristiwa traumatik yang merubah secara
drastis kehidupan individu,
misalnya kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan.
3. Pengaruh
orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan anak-anaknya, sikap orang tua akan dijadikan role model bagi
anak-anaknya.
4. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Memberi pengaruh kepada individu bahwa seorang individu akan berusaha untuk
sama dengan teman sekelompoknya.
5. Media
massa
Berbagai riset menunjukkan bahwa foto model yang tampil di
media masa membangun sikap masyarakat bahwa tubuh langsing tinggi adalah yang
terbaik bagi seorang wanita. Demikian pula halnya
dengan iklan makanan yang dihadirkan di media sangat mempengaruhi perilaku makan
masyarakat.
Bahaya Rokok
Bahaya rokok telah menjadi perhatian khusus beberapa Negara dengan
dikeluarkannya
peraturan-peraturan tentang rokok, misalnya ketentuan kawasan tanpa rokok, pembatasan penjualan rokok, pembatasan
promosi dan iklan rokok,
pembatasan
kandungan nikotin dan tar dalam rokok dengan maksud memberikan
perlindungan
kesehatan masyarakat terhadap bahaya rokok di berbagai belahan dunia.
Aditama
(2001), mengatakan telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok,
dengan 60 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun
ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5
kali lipat, benzopiren
3 kali lipat, dan amoniak 50 kali lipat. Bahan-bahan ini
dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Looren (2010),
memberikan
peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030
tembakau
akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% diantaranya adalah negara- negara
berkembang. Kebiasaan merokok bukan saja
merugikan orang yang merokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Saat ini
jumlah perokok, terutama remaja terus bertambah, khususnya di negara-negara
berkembang. Keadaan ini
merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Berikut adalah zat-zat kimiawi yang terdapat dalam rokok
Tabel
1.1. Kandungan Kimia Rokok
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Aseton
|
Cairan yang digunakan untuk menghilangkan
cat kuku.
|
2
|
Arsenik
|
Biasanya digunakan sebagai racun tikus.
|
3
|
Amonik
|
Ditambahkan kedalam rokok untuk memperkuat
elmen-elemen canduan dari nikotin.
|
4
|
Benzene
|
Digunakan untuk pelarut bahan bakar. Juga pada pencelupan dan karet.
|
5
|
Kadmium
|
Metal yang mengandung racun dalam tingkat
tinggi digunakan untuk membuat baterei.
|
6
|
Karbon monoksida
|
Gas beracun yang dalam jumlah banyak sangat
mematikan
|
7
|
Formalin
|
Digunakan untuk mengawetkan mayat.
|
8
|
Timah
|
Metal mengandung toksin tinggi, dapat
menyebabkan kerusakan serius pada otak, ginjal dan sistem susunan saraf.
|
9
|
Nikotin
|
Zat kimiawi yang membuat rokok seperti
candu obat yang sangat kuat.
|
10
|
Tar
|
Bahan
yang membawa banyak zat kimia
yang terkandung dalam asap rokok langsung ke dalam tubuh.
|
Aditama,
(2001)
Faisal (200),
mengatakan fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO,
kedua bahan ini selain meningkatkan kebutuhan
oksigen, juga mengganggu suplai oksigen
ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis
dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard, nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.
Dadang (2003), menyatakan bahwa karbon monoksida
menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk
jaringan seluruh tubuh termasuk miokard.
CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan
oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh
darah), dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan
viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Djunaidy (2002), menyatakan nikotin, CO, dan bahan-bahan
lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah),
dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah.
Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan
dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah. Resiko kematian akibat penyakit jantung
koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan
pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
pembuluh darah perifer.
Dampak Rokok Bagi
Kesehatan
Budiono (2001),
mengatakan bahwa menggunakan tembakau dengan cara dikunyah dan dihisap
(merokok) akan mengakibatkan 25 jenis penyakit, diantaranya kanker paru, tenggorokan, jantung, hipertensi, kanker rongga mulut, kanker
laring, kanker esofagus, bronkhitis,impotensi, serta gangguan kehamilan dan
cacat pada janin.
Dedpiknas terus
meningkatkan kampanye dampak rokok terhadap kesehatan, dimulai sejak anak usia
dini tingkat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi melalui pembentukan kawasan bebas
rokok di setiap sekolah.
Mangku
(2000), setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja atau tidak disengaja,
berarti juga mengisap lebih dari 4000 macam racun, karena itulah, merokok sama
dengan memasukkan racun-racun ke dalam rongga dan paru-paru yang menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan
paru-paru. Pada saluran napas besar, sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia),
pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat
bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada
jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan
timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya,
hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun.
Sintesa
Neuman dalam Potter dan Perry
(2010), menyatakan manusia merupakan makhluk dengan kombinasai kompleks yang
dinamis dari fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi
sebagai sistem terbuka. Manusia
berinteraksi, beradaptasi dan disesuaikan oleh lingkungan yang digambarkan
sebagai stressor. Neuman meyakini bahwa
keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok
dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan optimal.
King dalam Asmadi (2008), keperawatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi yang ditemukan
dalam sisitem perawatan kesehatan masyarakat. Tujuan keperawatan adalah menolong individu mempertahankan kesehatannya
sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran-peran mereka.
Budiantoro (2009), menyatakan bahwa sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
masuk ke tubuh perokok, sedangkan sisanya 75% beredar di udara bebas yang masuk
ke tubuh orang di sekelilingnya.
Peplau (1952) dalam
Potter & Perry (2005),
menyatakan bahwa individu, perawat, dan proses interaktif yang menghasilkan
hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai narasumber,
konselor, dan wali.
Kerangka konseptual
Penelitian mengenai
bahaya rokok sudah banyak dilakukan. Semua penelitian tentang rokok menyatakan
bahwa rokok memang berbahaya untuk kesehatan, namun hal itu rupanya tidak
berpengaruh besar terhadap kesadaran masyarakat dunia akan bahaya rokok. Mereka justru terkesan mengabaikan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh para ahli tersebut. Diberbagai belahan Negara, penggunaan rokok juga
mulai dibatasi, di Indonesia perokok yang terlihat merokok dengan bebas di area
umum, akan dikenakan sanksi. Sanksinya bisa berupa teguran, denda, bahkan
kurungan.
Zat-zat
yang berbahaya yang terkandung dalam
rokok membuat penikmatnya secara tidak langsung menciptakan penyakit yang
menyerang organ vital manusia yaitu paru-paru.
Dilihat dari segi manapun, merokok memang hanya akan menimbulkan penderitaan bagi yang
mengkonsumsinya, misalnya dari segi penampilan, perokok aktif biasanya memiliki
kulit yang pucat, warna gigi menjadi kuning, napas bau, dan rambut menjadi
kusam.
Dari segi keuangan, setiap perokok yang
membakar rokoknya bahkan diumpamakan sedang membakar uangnya sendiri. Peringatan pemerintah mengenai bahaya merokok
sudah sangat genjar dilakukan, bahkan dalam setiap kemasan rokok kita dapat
membaca bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat merokok
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rokok dapat
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular termasuk stroke, sudden death, cardiac arrest, peripheralvascular disease,
dan aorta aneurism. Banyak yang terkandung dalam rokok yag bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi mengiritasi dinding
pernafasan yang meningkatnya sekresi mukus di bronkus, penyakit pulmonal
kronik, dan fungsi dari mucosilia.
Paradigma Konseptual
Berdasarkan
konsep-konsep yang telah diuraikan maka paradigma konseptual yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pengetahuan
|
Sikap
|
Confounding
Variabel
-
Jenis Kelamin
-
Pendidikan Orang Tua
|
Pernyataan Hipotesa
Hipotesa adalah asumsi atau dugaan mengenai
suatu hal yang dibuat untuk dapat dibuktikan yang akan menentukan apakah hipotesis tersebut dapat
diterima atau harus ditolak.
Ho1: Tidak ada pengaruh yang signifikan
antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan
siswa-siswi.
Ho2: Tidak
ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
terhadap sikap siswa-siswi.
Ho3: Tidak
ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok
terhadap pengetahuan siswa-siswi bila dilihat dari jenis kelamin.
Ho4: Tidak
ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap sikap
siswa-siswi bila dilihat dari jenis kelamin.
Ho5: Tidak
ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan
siswa-siswi bila dilihat dari pendidikan orang tua.
Ho6: Tidak
ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok terhadap sikap
siswa-siswi bila dilihat dari pendidikan orang tua.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini meliputi desain penelitian, subjek partisipan dalam
penelitian, sampling dan subjek alokasi, pengaturan, pengumpulan data,
pertimbangan etika dalam penelitian, prosedur pengumpulan data, alur
perencanaan pengumpulan data.
Desain Penelitian
Hidayat (2009), menyatakan bahwa desain penelitian merupakan bentuk
rancangan yang digunakan dalam Quasy
Experiment Design yaitu
desain eksperimen yang lebih baik validitas internalnya. Penelitian
dengan model semacam ini harus memenuhi kriteria sebuah eksperimen, misalnya
test awal – perlakuan – test akhir dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara skor sebuah gejala sebelum perlakuan dengan skor sesudah
diberikan perlakuan
Rumus yang akan digunakan:
Pretest
|
Postest
|
||
Kelompok Eksperimen
|
O1
|
XXX
|
O2
|
Keterangan :
O1 = Pengukuran pertama (
Pretest)
O2 = Pengukuran kedua (
Postest)
X = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok
eksperimen sebanyak 3X dalam
1 minggu.
31
|
Variabel
dalam penelitian ini dibagi tiga yakni variabel dependen (yang terpengaruh), variabel independen (variabel
bebas atau yang mempengaruhi) dan konfounding variabel. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan,
sedangkan pengetahuan dan sikap sebagai dependen (Y), yang menjadi konfounding
variabel dalam penelitian adalah jenis kelamin dan pendidikan orang tua.
·
Ho1 dan Ho2 yaitu untuk mengetahui
adanya pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
siswa-siswi tentang bahaya rokok.
Menggunakan
rumus:
Uji t berpasangan (paired t-test): t =
Dimana nilai Sd diperoleh dari : Sd =
Keterangan :
d = Different
Sd= Standar deviasi
n = Ukuran sampel (jumlah pasangan observasi)
·
Ho3
dan Ho4 yaitu mengetahui adanya pengaruh yang bermakna antara pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa-siswi terhadap bahaya rokok bila
dilihat dari jenis kelamin. Menggunakan
rumus :
Uji T
independent : t
hitung =
r = Nilai korelasi X1-X2
n = jumlah
sampel
S1 =Standar deviasi sampel 1
S2
= Standar deviasi sampel 2
S1 =
Varians sampel ke-1
S2 =
Varians sampel ke-2
Untuk
menentukan angka signifikan yang
digunakan standard nilai α ≤ 0.05
·
Ho5
dan Ho6 yaitu mengetahui adanya pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap siswa-siswi tentang bahaya rokok dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi seperti pendidikan orangtua menggunakan rumus ANOVA :
F = Ragam Antara Kelompok
Ragam
Dalam KelompokUntuk menentukan angka yang signifikan digunakan standard nilai α
≤ 0.05
Subyek Partisipan dalam Penelitian
Subyek partisipan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah siswa-siswi kelas X di SMK Klabat Airmadidi yang memiliki kemauan
dan secara sukarela untuk dijadikan responden.
Sampling dan Subyek Alokasi
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling (sampel
bertujuan). Teknik
purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto,
2003).
Sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek yang dianggap mewakili
seluruh populasi dengan kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subyek
penelitian dari suatu sampling target yang dapat dijangkau dan diteliti, dan
kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak
memiliki kriteria inklusi dari suatu studi (Nursalam, 2009).
Lokasi
Lokasi yang
telah dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari responden adalah
siswa-siswi SMK Klabat Airmadidi, yang terdaftar secara resmi serta aktif sekolah.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan
data.
Alat bantu yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai sarana dalam peyampaian materi dengan menggunakan laptop dan LCD. Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah kuesioner yang berbentuk pertanyaan dan data yang dikumpulkan secara langsung
oleh peneliti. Kuesioner
yang disusun langsung oleh peneliti namun telah di validasi terlebih dahulu
oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Pertimbangan Etika Dalam Penelitian
Pertimbangan etika dalam penelitian
untuk memperoleh izin dari intitusi dan kesediaan sekolah sebagai responden yang akan
menjadi tempat dilaksanakanya penelitian ini, langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah
1.
Memperoleh
surat pengantar dari Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Klabat.
2.
Memperoleh
surat izin dari Kepala SMK Klabat Airmadidi.
3.
Lembar persetujuan
dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian, serta dijelaskan
kepada partisipan bagaimana prosedur dari penelitian ini.
4.
Kesediaan menjadi responden.
5.
Tidak menggunakan identitas serta kerahasiaannya dijaga.
Prosedur Pengumpulan Data
Proses
pengumpulan data dimulai dengan menyiapkan surat izin dari Dekan Fakultas
Keperawatan, bidang Akademis Universitas Klabat, Kepala sekolah SMK Klabat
Airmadidi yang merupakan tempat pengambilan data, kemudian mengumpulkan
responden untuk mengajukan surat persetujuan penelitian kepada responden,
setelah itu barulah proses pengumpulan data dilakukan.
Prosedur Pengumpulan
data (Pre)
1.
Mengumpulkan data awal di SMK Klabat Airmadidi.
2.
Melapor kepada kepala sekolah untuk pengumpulan data
di SMK Klabat Airmadidi.
3.
Mengunjungi responden di SMK Klabat Airmadidi.
4.
Mengucapkan salam pembuka dan menjelaskan maksud
serta tujuan.
5.
Memberikan informed
consent sebagai tanda persetujuan untuk menjadi responden.
6.
Menjelaskan cara mengisi kuesioner.
Treatment
1.
Menyiapkan materi yang akan dibahas dalam pendidikan
kesehatan tentang bahaya rokok.
2.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok.
3.
Mengucapkan terima kasih
Prosedur Pengumpulan data (Post)
1.
Responden mengisi kuesioner
2.
Ucapan terima kasih dan salam penutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar